FONT INDONESIAN
Sedikit Informasi ringkas kurang lebih nya Semua di bawah ini adalah
pendapat ulama’2 yang mu’tabar dan juga para salaf Ba’alawi terdahulu
yang terkenal dengan ilmu dan kesolehan mereka.
1) Di dalam Mazhab Shafie’, kafaah di dalam nasab adalah wajib. (Kafaah dalam bahasa arab sederajat)
2) Imam Shafie mengatakan di dalam kitabnya Al-Um disbeutkan bahwa: ”
Dan bukan nikah yang tidak sekufu (yang tidak sederajat)’ itu haram dan
aku menolaknya,tetapi ia adalah suatu kekurangan pada yang ingin
menikah itu dan juga wali2nya.Dan jika dia dan wali2nya tetap ridho akan
kekurangan itu maka aku tidak menolaknya.”
3) Berkata Ulama2 di dalam mazhab shafie’,walau pun imam shafie’ membolehkan demikian tapi hukumnya adalah sangat makruh.
4) JIka perkahwinan itu tetap diteruskan tanpa ada ridho, maka Imam
Shafie’ sendiri dalam kitabnya Al-Um mengatakan nikahnya itu batil.
5) Di dalam kitab “Majmuk” Imam Nawawi, menyebutkan bahwa Mazhab Imam
Ahmad ibnu Hanbal dan Mazhab Imam Sufyan Assauri menyebutkan
perkahwinannya tetap tidak sah walaupun perempuan itu dan seluruh
wali2nya Ridho.
6) Imam Ibnu Qudamah di dalam kitabnya “Almughni” Di dalam Mazhab
Imam Ahmad Ibnu Hanbal menerangkan yang maksudnya secara ringkas: ” Di
dalam Mazhab Imam Ahmad Ibnu Hanbal, jika si perempuan dan seluruh
wali2nya setuju untuk berkahwin tanpa kafaah, tetap tidak sah nikahnya,
dan ada juga pendapat di dalam Mazhab Imam Shafi’e yang mengatakan
sedemikian”
7) Alhabib Al’Allamah Alwi Bin Ahmad Alsaggoff di dalam kitabnya
“Tarshiihul Mustafiidiin” mengatakan bahwa yang dimaksud secara ringkas:
“bahwa Ulama’ dari keturunan Ba’alawi sejak dahulu lagi, telah
berijtihad dan mengikut pendapat yang sama yang diijtihadkan oleh Imam
Ahmad Ibnu Hanbal bahwa perlu mengi’tibarkan Ridho seluruh keluarganya
yang dekat dan yang jauh (Iaitu seluruh keturunan Rasulullah Yang ada
sekarang) di dalam kafaah.”
di sebutkan pula : “bahwa pada zaman Daulah ‘Uthmaaniyyah,mereka
menyokong dan memperaktikkan hukum ini. Dan memerintahkan pemerintah
Haramain (Makkah dan Madinah) ketika itu untuk memperaktikkan hukum itu
juga.”
9) Alhabib Al’Allaamah Abdurrahman Bin Muhammad Almasyhur Mufti
Hadhramaout berkata di dalam kitabnya “Bughyatul Mustarshidiin” yang
berisi ringkasan : ” Aku tidak melihat bolehnya seorang sharifah
bernikah dengan yang bukan syed,walau pun perempuan itu dan wali2nya
semua redho.”
10) Beliau berkata lagi yang ringkasan maksudnya: Walau pun ada
diantara ulama’ yang membolehkannya,tetapi salaf Ba’alawi kita mempunyai
ijtihad yang sukar bagi seorang Faqih mengetahui rahsianya, maka
serahkanlah saaja pada mereka, kamu akan selamat, atau jangan mengikuti
mereka, maka kamu akan rugi dan menyesal.
11) Beliau berkata lagi yang ringkasan maksudnya: Para salaf Ba’alawi
kita diantara mereka orang yang Faqih, bahkan mujtahid dan wali2,
bahkan Qutub2. Dan tak pernah aku dengar ada diantara mereka yang
menikahkan anak perempuan mereka kepada bukan saadah.
12) Beliau menyebut pula kata2 Alhabib Al’allamah Abdullah Bin Umar
Bin Yahya yang berisi ringkasan sebagai berikut : “Yang diamalkan saadah
Ba’alawi,selepas wujudnya kafaah di dalam nasab,mereka tidak hiraukan
lagi kafaah pada yang lain lainnya seperti pekerjaan,ilmu,Solih atau
tidak dan sebagainya,Kerana ada yang lebih penting dari itu iaitu
kafaaah dalam nasab.
13) Beliau berkata lagi yang ringkasan maksudnya : ” Aku takut bagi
mereka yang tidak mengikut pandangan salaf Ba’alawi maka dia akan jauh
dari Allah.kerana mereka adalah ulama’ yang unggul,mereka tidak menolak
pendapat ulama’ yang lain kecuali dengan sebab.Dengan pendapat mereka
itulah diamalkan pemerintah kita di Hadhramout dari dulu hingga
sekarang.
*** Ini lah sedikit Informasi yang berdasarkan pada pandangan Ulama’ dan Salaf Ba’alawi yang terdahulu.
Wallahua’lam
SUMBER
https://revealationofthetruth.blogspot.co.id/2012/08/pernikahan.html
BalasHapussiapapun tidak berhak melarang pernikahan, kecuali menikah dengan orang orang kafir dan munafiq serta orang orang zindiq.. bahkan pribumi dapat menikahi syarifah apabila pribumi itu adalah muslim